Wednesday, September 5, 2018

Review Film Ayla The Daugter Of War, Kasih Tanpa Sekat Antara Tentara Turki dan Gadis Kecil Korea


Sejak pertama kali membaca resensi dan review orang tentang film ini,  saya langsung tertarik dan mencari-cari filmnya pada akhir tahun 2017, film ini sendiri dirilis pada Oktober 2017 namun tidak masuk ke layar lebar di Indonesia, apa daya, saya tidak menemukan film itu walau sudah mencari di jagad maya, akhirnya pada hari ini saya menemukan filmnya di salah satu situs penyedia film, thanks admin.

Menurut saya,  film ini sangat memukau, tidak meleset dari ekspektasi saya yang tinggi terkait film tukri – Korea Selatan ini, diawali dengan scene pembantaian yang dilakukan oleh pasukan musuh di sebuah perkampungan yang menewaskan orang tua gadis kecil yang kelak diberi nama Ayla. Film berdurasi 120 menit ini tidak membuat penonton bosan, setiap adegan menarik untuk terus diikuti, penonton dibawa dalam suasana mencekamnya peperangan, kadang dibumbui adegan lucu dan pastinya mengharukan, jujur saya menangis menonton film ini.

Akting aktor Turki, Ismail Hacioglu sebagai Sersan Suleyman Dilbirligi begitu memukau, di satu sisi dia adalah seorang tentara yang hebat, di sisi lain dia menjadi kekasih yang merindu dan sosok ayah buat Ayla yang penuh kasih sayang. Suleyman menjadi tentara yang tegas namun juga tentara yang sangat perasa.

Applause buat akting imut Kim Seol, perlu diakui akting anak Indonesia teringgal jauh dibanding akting anak-anak Korea. Kim Seol yang berperan sebagai Ayla kecil sangat menggemaskan, bahkan Ayla bisa mengaduk-aduk emosi penonton hanya dengan tatapan matanya, dia bisa mengekspresikan semua rasa, sedih, bahagia, takut, kesendirian mendalam hanya lewat sorot matanya. Anak ini sangat menguasai perannya. Salut!

Film ini berlatar perang  antara Korea Selatan dan Korea Utara pada tahun 1950, perang antar saudara itu menjadi perhatian dunia, PBB memerintahkan seluruh negara bawahannya untuk mengirim bantuan, saat itu Turki mengirim kurang lebih 5.090 tenrara. kisah antara Suleyman dan Ayla adalah true story, Suleyman menemukan Ayla seorang diri di hutan diantara mayat bergelimpangan, Suleymanlah yang memberikan nama Ayla kepada gadis kecil dengan alasan wajahnya bulat seperti bulan purnama.


Kehadiran Ayla di kamp tentara Turki membawa keceriaan, semua menyukainya. Suleyman menjadi ayah Ayla dan tentara yang lain ada yang menjadi pamannya, Ayla diperlakukan sangat istimewa. Ikatan emosional antara Suleyman dan Ayla begitu kuat, itulah yang membuat film ini semakin hidup.

Lalu setiap pertemuan ada perpisahan, adegan saat perpisahan inilah yang mengaduk-aduk emosi penonton, setelah adegan perpisahan itu tidak ada lagi tawa seperti adegan di kamp tentara Turki. Suleyman dan Ayla terpisah.

Film ini bercerita banyak hal, tentang kemanusiaan juga kasih tanpa sekat agama dan negara.

Untuk selanjutnya silahkan tonton sendiri, jangan lupa siapkan tisu. Hehe

Review Film Searching, Film Keren Tentang Kekuatan Internet



Jika saya membandingkan film yang tayang di akhir Agustus sampai awal September 2018 ini, film dengan judul Searching adalah film terbaik, jika diberi nilai bisa mendapat 9/10. Film inipun mendapat sambutan hangat di Makassar, terbukti dari pantauan penulis, film yang awalnya hanya diputar di 3 bioskop di Makassar, itupun jam tayangnya hanya tiga kali dalam sehari, saat ini sudah diputar di empat bioskop dan tayangnya lima kali dalam sehari.

Memang jika melihat official trailer film ini, maka bisa disimpulkan film ini kurang menarik bahkan tidak menarik, awal menonton film ini pun saya antara mau dan tidak mau karena trailernya tidak menarik, namun setelah menonton, rupanya film ini bisa diacungi jempol. Memang jika hanya melihat trailer kita bisa tertipu, seperti tertipunya saya ketika melihat trailer film yang diperankan oleh Keanu Reeves. Salah seorang teman saya bilang bahwa dia trauma menilai film lewat trailernya gara-gara film yang diperankan oleh Keanu Reeves tersebut, saya tidak usah menyebut judulnya, yang jelasnya filmnya sudah tidak tayang di bioskop Makassar, sepertinya film ini hanya seminggu bercokol di layar lebar Kota Daeng. Aduh harusnya potongan rambut Keanu tidak usah mirip John Wick kali yah di film itu. Lah kenapa bahas film Keanu yah, mungkin karena saya termasuk penonton yang kecewa. Haha

Oke, kembali ke pembahasan film Searching. Film ini bercerita tentang kekuatan internet, tentang keluarga yang akrab dengan internet dan hobi membuat video blog, bahkan semua kegiatan hariannya direkam dan disimpan, dan suatu hari anak semata wayang dari pasangan David dan Pamela Kim ini hilang, dan dari situlah pencarian dimulai. David, seorang ayah yang akrab dengan internet namun tidak akrab dengan sosial media ini harus mencari anaknya, Margot lewat penelusuran internet.

Dalam film yang berdurasi 102 menit ini kita akan diajak bergerilya ke beberapa sosial media seperti facebook, instagram, twitter, youtube dan sosial media lainnya, juga ada trik untuk meningkatkan viewers youtube, dan David juga mengajari kita membobol akun sosmed melalui email, dan itu cara yang sangat sederhana. Kekuatan internet juga menggerakkan orang untuk turut mencari Margot, bahkan ratusan relawan yang mendaftarkan diri dalam pencarian tersebut.

Film yang ringan dikemas dengan apik. Awalnya saya mengerutkan kening menonton film ini, karena visualisasinya hanya dari web cam ke web cam, tapi itulah penyajian unik dari film Bergendre trhiller itu,  tidak membutuhkan waktu lama untuk beradabtasi dengan sajian baru tersebut. Tapi pastikan anda adalah orang yang mengerti internet dan sosial media ketika menonton film ini. Film ini sangat mudah dipahami oleh kaum milenial dan aktivis sosial media.

Saturday, November 4, 2017

Film Detektif Keren: The Chaser




Entah sejak kapan saya menyukai film yang bertema detektif, saya selalu tertarik dengan kisah hidup sang detektif yang unik, tingkahnya penuh dengan misteri, dari tatapan matanya yang susah ditebak. Maka film kartun yang paling saya gemari sejak kecil ada Detektif Conan bahkan bagi saya film ini jauh melebih Doraemon. Hehe... Satu-satunya komik yang bisa saya lahap habis adalah komik si Sinichi itu.

Oh iya saya ingin mereview satu film yang menurut saya super duper keren, film korea yang bikin saya ikut emosi dan geregetan dengan alur ceritanya. Awalnya saya googling tentang film detektif yang keren, maka muncullah the chaser sebagai film yang banyak diminati, apalagi resensinya begitu menggiurkan.

Film ini terlihat sangat sederhana, tidak ada peralatan canggih seperti film detektif zaman now, bahkan para detektif dari kepolisian korea pun terlihat lebih banyak salahnya, Jika film lain mencari pelaku dari pembunuhan yang dilakukan, di film ini pelaku mengakui sendiri kesalahannya, hanya saja polisi tidak bisa membuktikan pengakuan sang pembunuh, disinilah adegan-adegan yang menguras emosi itu.
 
Film ini menceritakan tentang dekektif polisi yang pecat dari pekerjaannya, dia kemudian menjadi germo untuk wanita penghibur. Suatu ketika, satu per satu pekerjanya menghilang tanpa kabar, tanpa jejak. Awalnya dia mengira pekerjanya kabur atau dijual ke germo lain, tapi dia kemudian tersadar, bahwa kasus yang dihadapi oleh pekerjanya bukan perkara biasa, ini pembunuhan.

Saya sangat menikmati alur film ini, tidak seperti film korea yang kebanyakan lebaynya minta ampun. Kita akan diajak berselancar dalam cerita yang menegangkan, saya merasa semua adegannya penting untuk disimak.

The Chaser dirilis di Korea Selatan pada tahun 2008 dan menduduki puncak box office korea selama tiga pekan berturut-turut, itu hal yang wajar. Dan menduduk peringkat ketiga terpopuler di Korea Selatan pada tahun 2008. Tidak hanya itu, film ini mendapat banyak penghargaan, mulai dari film terbaik, aktor terbaik dan lain-lain. Untuk lebih lengkapnya silahkan dibaca wikipedia.

Saya suka dengan film yang endingnya tak terduga dan paling tidak suka dengan ending sebuah film horror dan thriller yang endingnya itu-itu saja. 

Terakhir, film yang dibintangi  Kim Yoon-seok ini ternyata film lama yah, karena dirilis tahun 2008 dan saya menonton film ini 9 tahun kemudian. hahaha

Friday, September 21, 2012

Film Thailand Paling Keren: first love little thing called love


first love little thing called love adalah film thailand kedua yang saya tonton, dan ini adalah film Thailand tergokil dari semua film Thailand yang pernah kulihat. Saya menulis resensi ini setelah menonton banyak film Thailand, dan saya tetap memilih film ini sebagai film yang paling keren dan gokil abis.

Film ini menceritakan cinta pertama seorang siswi SMP kepada seniornya yang SMA, diceritakan Nam (Pimchanok Luevisadpaibul) dan genknya adalah siswi yang berpenampilan kurang menarik di sekolah . Nam jatuh cinta pada Shone (Mario Maurer) seniornya yang gagah, dan Nam punya banyak saingan. Kisah cinta kedua anak manusia ini penuh liku. Film yang disutradarai oleh Puttipong Pormsaka Na-Sakonnakorn ini  sangat menarik perhatian penonton, filmnya tidak membosankan karena disertai dengan humor segar dan cerita yang mengalir.

Selain penampilan Nam dan Shone yang terlihat sangat serasi, saya paling ngefans dengan guru In, wajahnya saja bisa membuat saya tergelak. Guru In sangat berperan penting dalam menghidupkan film ini. Saya sampai 5 kali menonton dan belum bosan.

Pokoknya film ini direkomendasikan buat mereka yang ingin tertawa, walaupun ada yang membuat air mata menetes juga. Hehe. Kalau diceritakan semuanya pasti gak seru dan gak penasaran.

Thursday, December 22, 2011

Hafalan Shalat Delisa


Film yang diangkat dari novel best seller karya kang Tere Liye ini memang sudah lama dinanti oleh penikmat film Indonesia, salah satunya adalah diriku. Film yang menceritakan seorang anak periang bernama Delisa yang setengah mati menghapal bacaaan shalatnya dengan iming-iming kalung. Dunia kanak-kanak sangat melekat dalam film itu, namun mengasyikkan untuk ditonton semua umur.
Sebenarnya tema pokok yang diangkat oleh kang Tere Liye adalah tentang KEIKHLASAN namun diramu sedemikian rupa sehingga mengaduk-ngaduk perasaan, dan film bersetting musibah tsunami itu sangat mengharu biru, Yang mana Delisa kecil harus kehilangan ummi, ka’ Fatimah, ka’ Sarah, ka’ Aisyah, Tyur dan satu kakinya harus diamputasi.
Saya menonton film ini merasa sesak di pertengahan, jujur saya saya menangis. Dan bukan cuma saya yang seperti itu, mungkin seluruh penonton menangis saat menyaksikan adegan Abi Usman mencari keluarganya ditengah reruntuhan bangunan. Haru, menghiris jiwa.
Film ini juga mengajarkan kita untuk mencintai shalat, tidak meninggalkan dan mengerjakannya dengan khusyu’. Subhanallah Delisa kecil mengajari kita banyak hal. Sebagai pengagum novel Hafalan Shalat Delisa, saya tidak kecewa dengan difilmkannya novel ini. Pesan dari novel tersampaikan dengan gamblang lewat filmnya.
Film yang diproduksi oleh PT. Kharisma Starvision Plus dan disutradarai oleh Sony Gaokasak ini sangat layak ditonton, Alhamdulillah masih ada film yang mengajarkan moral ditengah hiruk piruk film Indonesia yang banyak amoral.
Akting Delisa yang diperankan oleh Chantiq Schagerl sangat cair, jago deh pokoknya. dan satu lagi yang memerankan ka Fatimah cantik. hehe

Wednesday, October 26, 2011

Semesta Mendukung



Sejak melihat iklannya di TV dan mendengar ost film ini yang dipopulerkan oleh goliath air liurku langsung menetes, hem bakal ada film Indonesia yang bergizi. Begitu pikirku saat itu. Maka sejak saat itu saya niatkan harus menonton film ini. Film ini tayang tanggal 20 oktober namun saya baru nonton tanggal 26 oktober. Gak apa-apa lah, yang penting nonton.
Siang itu sangat menjengkelkan, niat hati ingin nonton yang murah maka saya putuskan untuk nonton di MTOS tapi ternyata mengecewakan karna disana film itu tidak tayang, dari 4 teater yang ada disitu, 3 diantaranya memutar film barat dan 1 film horror Indonesia. Maka saya langsung ngacir ke Mall Panakkukang, MP dan disana memang film itu diputar di teater 2, namun saya kaget karna film itu sepi penonton. Pemutaran pertama yang sedianya dimulai jam 1 siang gagal putar karena tidak ada satupun penontonnya. Dan untuk penayangan kedua yang dimulai jam 3 saya adalah calon penonton pertama. dan film itu hanya ditonton oleh 6 orang di teater 2. Sedang film horror Indonesia dipadati penonton. Hem!
Kayaknya saya terlalu berpanjang lebar tentang perjalan saya sendiri, saya hanya ingin menulis resensi tentang film MESTAKUNG.
Muhammad Arief adalah siswa di sekolah menengah pertama di kampungnya, Madura. Dia adalah anak yang lumayan cerdas dan mencintai sains. Sejak kecil dia sudah harus mandiri dengan bekerja di bengkel. Dia ditinggalkan oleh ibunya selama tujuh tahun tanpa kabar berita. Yang dia tahu ibunya berada di Singapura.
Arief sangat ingin ikut olimpiade fisika yang diadakan di Singapura karena satu alasan, dia ingin mencari ibunya, namun banyak yang harus dilalui oleh Arief dalam seleksi peserta olimpiade yang akan mewakili Indonesia di Singapura. Menurut saya selain bergizi film ini juga mengundang haru. Beberapa kali saya harus mengusap air mata saat menonton film ini, mumpung penonton sepi jadi bebas ekspresikan diri. Haha..
Film ini memang serat pesan moral namun saya merasa film ini berjalan datar-datar saja, bahkan beberapa adegan yang harusnya lucu terasa garing. Adegan yang saya maksud diantaranya adalah saat perlombaan balap sapi, salah seorang peserta lomba memberi nama untuk sapinya Justin Bieber. Namun itu tidak terlalu menggelitik. Dalam film ini juga digambarkan bahwa anak seluruh Indonesia berhak mendapatkan posisi yang sama dalam pendidikan, tanpa membedakan agama, ras, suku dan kekayaan.
Namun secara keseluruhan, film ini luar biasa dengan mengangkat tema sains. Hampir mirip dengan Lintang di Laskar Pelangi sih. Tapi yang jelasnya film ini lebih bagus dari pada film horror Indonesia. 

Tuesday, October 11, 2011

Wedding Dress, Aksi Menggemaskan Kim Hyang-Gi

Sewaktu searching the best Korean movie di internet, banyak yang merekomendasikan film Wedding Dress. Maka saya searching lagi resensi tentang film ini, dan ada  beberapa resensi yang berbahasa Indonesia dan dari resensi yang ada semua mengatakan bahwa film ini layak tonton. Maka saya berinisiatif untuk mendowload film ini, apalagi yang main dalam film ini adalah artis cilik favorit saya, Kim Hyang Gi. Pasti film ini seru dengan aksi Kim Hyang Gi yang menggemaskan. Pertama kali mengenal nama Kim Hyang Gi lewat film Hearty Paws yang bener bener menguras air mata penonton. Mengharu biru.
Dan setelah menonton film ini saya semakin kagum dengan kematangan aksi Kim Hyang Gi yang berperan sebagai Soora. Seorang anak yang tidak suka balet dan kurang teman. Namun semuanya itu berubah ketika dirinya mengetahui bahwa ibunya sakit kanker. Soora pura2 tidak tahu bahwa ibunya sedang sakit supaya ibunya tidak sedih akan hal itu, maka dia pun berusaha membuat ibunya selalu tersenyum. Dia mulai masuk balet dan mencari teman.
Lagi lagi menonton film ini akan membuat suasana menjadi haru biru, maka barang siapa yang merasa dirinya cengeng maka siapkan tissu ketika menonton film ini. Saya menonton bersama seorang teman dan dia menangis tersedu sampai2 dia tidak pergi kuliah karena tidak ingin melewatkan aksi Soora dalam film ini.