Wednesday, October 26, 2011

Semesta Mendukung



Sejak melihat iklannya di TV dan mendengar ost film ini yang dipopulerkan oleh goliath air liurku langsung menetes, hem bakal ada film Indonesia yang bergizi. Begitu pikirku saat itu. Maka sejak saat itu saya niatkan harus menonton film ini. Film ini tayang tanggal 20 oktober namun saya baru nonton tanggal 26 oktober. Gak apa-apa lah, yang penting nonton.
Siang itu sangat menjengkelkan, niat hati ingin nonton yang murah maka saya putuskan untuk nonton di MTOS tapi ternyata mengecewakan karna disana film itu tidak tayang, dari 4 teater yang ada disitu, 3 diantaranya memutar film barat dan 1 film horror Indonesia. Maka saya langsung ngacir ke Mall Panakkukang, MP dan disana memang film itu diputar di teater 2, namun saya kaget karna film itu sepi penonton. Pemutaran pertama yang sedianya dimulai jam 1 siang gagal putar karena tidak ada satupun penontonnya. Dan untuk penayangan kedua yang dimulai jam 3 saya adalah calon penonton pertama. dan film itu hanya ditonton oleh 6 orang di teater 2. Sedang film horror Indonesia dipadati penonton. Hem!
Kayaknya saya terlalu berpanjang lebar tentang perjalan saya sendiri, saya hanya ingin menulis resensi tentang film MESTAKUNG.
Muhammad Arief adalah siswa di sekolah menengah pertama di kampungnya, Madura. Dia adalah anak yang lumayan cerdas dan mencintai sains. Sejak kecil dia sudah harus mandiri dengan bekerja di bengkel. Dia ditinggalkan oleh ibunya selama tujuh tahun tanpa kabar berita. Yang dia tahu ibunya berada di Singapura.
Arief sangat ingin ikut olimpiade fisika yang diadakan di Singapura karena satu alasan, dia ingin mencari ibunya, namun banyak yang harus dilalui oleh Arief dalam seleksi peserta olimpiade yang akan mewakili Indonesia di Singapura. Menurut saya selain bergizi film ini juga mengundang haru. Beberapa kali saya harus mengusap air mata saat menonton film ini, mumpung penonton sepi jadi bebas ekspresikan diri. Haha..
Film ini memang serat pesan moral namun saya merasa film ini berjalan datar-datar saja, bahkan beberapa adegan yang harusnya lucu terasa garing. Adegan yang saya maksud diantaranya adalah saat perlombaan balap sapi, salah seorang peserta lomba memberi nama untuk sapinya Justin Bieber. Namun itu tidak terlalu menggelitik. Dalam film ini juga digambarkan bahwa anak seluruh Indonesia berhak mendapatkan posisi yang sama dalam pendidikan, tanpa membedakan agama, ras, suku dan kekayaan.
Namun secara keseluruhan, film ini luar biasa dengan mengangkat tema sains. Hampir mirip dengan Lintang di Laskar Pelangi sih. Tapi yang jelasnya film ini lebih bagus dari pada film horror Indonesia. 

0 comments:

Post a Comment