Sejak melihat iklannya di TV
dan mendengar ost film ini yang dipopulerkan oleh goliath air liurku langsung
menetes, hem bakal ada film Indonesia yang bergizi. Begitu pikirku saat itu.
Maka sejak saat itu saya niatkan harus menonton film ini. Film ini tayang
tanggal 20 oktober namun saya baru nonton tanggal 26 oktober. Gak apa-apa lah,
yang penting nonton.
Siang itu sangat
menjengkelkan, niat hati ingin nonton yang murah maka saya putuskan untuk
nonton di MTOS tapi ternyata mengecewakan karna disana film itu tidak tayang,
dari 4 teater yang ada disitu, 3 diantaranya memutar film barat dan 1 film
horror Indonesia. Maka saya langsung ngacir ke Mall Panakkukang, MP dan disana
memang film itu diputar di teater 2, namun saya kaget karna film itu sepi
penonton. Pemutaran pertama yang sedianya dimulai jam 1 siang gagal putar
karena tidak ada satupun penontonnya. Dan untuk penayangan kedua yang dimulai
jam 3 saya adalah calon penonton pertama. dan film itu hanya ditonton oleh 6
orang di teater 2. Sedang film horror Indonesia dipadati penonton. Hem!
Kayaknya saya terlalu
berpanjang lebar tentang perjalan saya sendiri, saya hanya ingin menulis
resensi tentang film MESTAKUNG.
Muhammad Arief adalah siswa
di sekolah menengah pertama di kampungnya, Madura. Dia adalah anak yang lumayan
cerdas dan mencintai sains. Sejak kecil dia sudah harus mandiri dengan bekerja
di bengkel. Dia ditinggalkan oleh ibunya selama tujuh tahun tanpa kabar berita.
Yang dia tahu ibunya berada di Singapura.
Arief sangat ingin ikut
olimpiade fisika yang diadakan di Singapura karena satu alasan, dia ingin
mencari ibunya, namun banyak yang harus dilalui oleh Arief dalam seleksi
peserta olimpiade yang akan mewakili Indonesia di Singapura. Menurut saya
selain bergizi film ini juga mengundang haru. Beberapa kali saya harus mengusap
air mata saat menonton film ini, mumpung penonton sepi jadi bebas ekspresikan
diri. Haha..
Film ini memang serat pesan
moral namun saya merasa film ini berjalan datar-datar
saja, bahkan beberapa adegan yang harusnya lucu terasa garing. Adegan yang saya
maksud diantaranya adalah saat perlombaan balap sapi, salah seorang peserta
lomba memberi nama untuk sapinya Justin Bieber. Namun itu tidak terlalu
menggelitik. Dalam film ini juga digambarkan bahwa anak seluruh Indonesia
berhak mendapatkan posisi yang sama dalam pendidikan, tanpa membedakan agama,
ras, suku dan kekayaan.
Namun secara keseluruhan,
film ini luar biasa dengan mengangkat tema sains. Hampir mirip dengan Lintang
di Laskar Pelangi sih. Tapi yang jelasnya film ini lebih bagus dari pada film horror
Indonesia.